Kenapa Negara-negara Arab Tak Dukung Palestina?

Orang-orang turun ke jalan untuk unjuk rasa menuntut gencatan senjata di Gaza, pada Minggu 20 Oktober 2024 di Brussels (Getty Images)
Riyadh - "Di mana orang-orang Arab?! Di mana orang-orang Arab?!"

Pertanyaan itu dilontarkan seseorang yang muncul dari puing-puing seraya menggendong anak-anak yang sudah meninggal. Dia berteriak tanpa daya ke arah kamera yang menyorotnya.

Pertanyaan ini terus diulang oleh warga Gaza yang keheranan mengapa orang-orang di negara kawasan Arab tidak melindungi mereka dari pengeboman Israel.

Setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.200 warga Israel terbunuh dan 250 orang lainnya diculik, semua mata langsung tertuju pada Timur Tengah.

Seberapa jauh pembalasan yang akan dilakukan Israel? Bagaimana penduduk dan pemerintah Arab menanggapi guncangan kemanusiaan yang terjadi di wilayah tersebut?

Pertanyaan pertama masih belum terjawab: Pengeboman Israel telah menghancurkan Jalur Gaza, merenggut nyawa lebih dari 42.500 warga Palestina, namun belum ada titik terang.

Yang kedua adalah benar: jika ada orang yang mengharapkan adanya protes besar di ibu kota utama dunia Arab, mereka akan kecewa.

Meskipun sentimen mayoritas masyarakat di negara-negara Arab bersimpati pada solidaritas perjuangan Palestina, tapi aksi demonstrasi yang terjadi di negara-negara itu hanya sedikit dan terkendali.

Adapun pemerintah negara-negara itu, "tanggapannya suam-suam kuku atau tidak sama sekali," menurut Walid Kazziha, profesor ilmu politik di American University in Cairo (AUC), kepada BBC Mundo.

Di luar kritik retoris terhadap Israel atau peran mediasi yang diadopsi oleh pemerintah seperti Qatar atau Mesir yang "murni sebagai perantara dan tidak mendukung Palestina," kata Kazziha, tak satu pun negara-negara Arab memutuskan hubungan dengan Israel atau melakukan tindakan diplomatik dan tekanan ekonomi apa pun untuk mengakhiri perang.

Mengapa perjuangan Palestina kehilangan relevansinya di antara pemerintah-pemerintah Arab di wilayah ini? Seperti hampir semua hal di Timur Tengah, jawabannya cukup rumit.

Dua perempuan Palestina berduka atas kerabat yang tewas dalam serangan udara Israel di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, pada 29 Oktober 2024 (Getty Images)

Hubungan pemerintah dan opini publik yang terputus

Wilayah Timur Tengah tidak pernah benar-benar menjadi blok yang utuh dan homogen.

Sepanjang sejarah, masyarakat Arab telah berbagi rasa identitas, bahasa, dan sebagian besar agama, serta kekhawatiran yang timbul dari pengaruh kolonial Eropa di wilayah tersebut.

Namun, kepentingan pemerintah mereka terkadang berseberangan.

Hubungan antara Palestina dan negara-negara Arab juga tidak mudah, terutama dengan negara-negara yang menerima sejumlah besar pengungsi setelah proklamasi Negara Israel pada tahun 1948.

Pada 1970, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) membajak beberapa pesawat internasional di Yordania, yang kemudian diledakkan setelah dievakuasi di daerah gurun (Getty Images)

Perang saudara Lebanon dan bentrokan antara militan Palestina dan kerajaan Yordania adalah pengingat akan sejarah yang terkadang penuh dengan konflik.

Namun, perjuangan Palestina juga merupakan faktor pemersatu negara-negara Arab selama beberapa dekade.

Selama periode ini, negara Israel dipandang "sebagai perpanjangan tangan dari kekuatan kolonial sebelumnya, yang telah menarik diri dari Timur Tengah," menurut profesor kebijakan publik di Institut Pascasarjana Doha, Tamer Qarmout.

"Israel sengaja ditempatkan di sana sebagai agen untuk melindungi kepentingan mereka, yang sebelumnya merupakan kepentingan Inggris dan Prancis, dan sekarang kepentingan Amerika Serikat," ujar Tamer Qarmout kepada BBC Mundo.

Perang saudara Lebanon dan bentrokan antara militan Palestina dan kerajaan Yordania adalah pengingat akan sejarah yang terkadang penuh dengan konflik.

Namun, perjuangan Palestina juga merupakan faktor pemersatu negara-negara Arab selama beberapa dekade.

Selama periode ini, negara Israel dipandang "sebagai perpanjangan tangan dari kekuatan kolonial sebelumnya, yang telah menarik diri dari Timur Tengah," menurut profesor kebijakan publik di Institut Pascasarjana Doha, Tamer Qarmout.

"Israel sengaja ditempatkan di sana sebagai agen untuk melindungi kepentingan mereka, yang sebelumnya merupakan kepentingan Inggris dan Prancis, dan sekarang kepentingan Amerika Serikat," ujar Tamer Qarmout kepada BBC Mundo.

Namun, perang tersebut kini telah berlalu. Mesir dan Yordania telah menandatangani perjanjian damai dengan Israel beberapa dekade yang lalu.

Maroko, Uni Emirat Arab dan Bahrain telah menormalisasi hubungan dengan Israel, negara yang hingga beberapa tahun lalu merupakan negara paria di wilayah tersebut.

No comments:

Post a Comment